Sunday 2 December 2012

Pecel Lele dan Pertanyaan Konyol

Malam itu kami berempat meninggalkan sekre. Aku, Ikhwan, Bimo, dan kang uqy bersepakat untuk mampir di warung pecel lele. Letaknya tidak terlalu jauh dari sekre.

Gerimis, menambah dinginnya malam kota Kembang. Kami memesan makanan. Sembari menunggu pesanan datang, obrolan dimulai. Suasana bathin dan pikiran jadi semakin hangat di saat perut sudah keroncongan. Ntah siapa yang memulainya, Bimo atau kang uqy, sebuah pertanyaan terpaparkan olehnya. Agaknya suasana sekre terbawa ke warung. Tidak hanya di warung, mungkin hampir di setiap tempat, pengaruh persepsi sebagai unit kajian Islam ideologis, menjadikan kami tidak ingin melewatan setiap kesempatan bertemu untuk mendiskusikan suatu hal. Ntah itu seputar akidah, politik, atau suatu hal yang konyol sekalipun.

Salah satu pertanyaan konyol yang menghangatkan suasana saat itu terkait dengan akidah. Bimo atau kang uqy berseloroh "ada pertanyaan seperti ini, 'Jika Allah Maha Kuasa, dapatkah Allah menciptakan batu yang tidak kuasa Ia angkat?'" jegeeer. Di antara mereka, aku masih newbie. Maklum saja, aku telat memasuki dunia mereka. Baru tingkat dua aku merapat bersama mereka. Momen itu terjadi waktu aku tingkat dua. Aku benar-benar newbie.

"Tah eta kumaha
kang" pandangan kami tertuju ke kang uqy. "Sifu" yang biasa ngasih pencerahan, namun kadang juga mengacau keheningan pikiran kami dengan pertanyaan-pertanyaannya yang melangit. Misalnya pertanyaan seperti itu tadi atau pertanyaan "apa itu mencela?".

Mulailah pertanyaan tadi dibongkar. Sebelum menjawab, pertanyaan ditelisik terlebih dahulu apakah ada bentuk penyesatan logika. "Allah menciptakan batu" adalah sesuatu yang tidak dapat diindera oleh manusia. Selain itu, "Allah tidak kuasa mengangkat batu" juga tidak dapat diindera. Artinya, Itu bukanlah fakta. Inderawi manusia tidak akan pernah menjangkau sesuatu tersebut. Karena itu bukanlah fakta. Jadi, pertanyaan tersebut tidak dapat dipikirkan. Karena Apa Itu Berpikir berarti menyerap fakta dengan indera, kemudian akal mengasosiasikannya dengan infromasi sebelumnya. Pertanyaan tersebut mengandung penyesatan logika. Karena logika tidak disandarkan pada fakta. Sampai kiamat pun manusia tidak akan bisa menjawab pertanyaan tersebut. Sikap terbaik kita ialah menerima informasi yang Allah berikan mengenai maksud Allah Maha Kuasa. Jika tidak ditemui informasi berkenaan dengannya, kita tidak perlu merumuskan pertanyaan yang tidak dilandasi dengan fakta. Karena hal itu tidak akan ditemukan jawabannya. Itu bentuk kekonyolan yang sia-sia tentunya.

Malam bertambah dingin, ternyata pesanan sudah lama datang. Selesai makan, kami pulang ke kost an masing-masing. Tidak ada yang lebih spesial atas makan malam kami, kecuali pulang membawa pencerahan baru.


Tommy Aji Nugroho
Bandung, 3 Desember 2012 08:51 WIB

No comments:

Post a Comment