Ono kata orang Jawa, ana kata temen-temen SMA di Pemalang, aya kata temen-temen di Bandung. Banyak orang dari berbagai latar belakang daerah bahkan mungkin hingga ke seluruh penjuru dunia mengenal dan menggunakan term yang maknanya terkandung dalam kata "ada". Term tersebut berbeda-beda bentuknya tergantung dimana dia berada. Tidak seperti term "kunduran truk" yang mungkin hanya dipakai oleh orang Jawa saja. Kamu tau makna dari "kunduran truk"? konteks kalimatnya seperti ini "bemper mobile rusak amergo kunduran truk pas macet nang jalan Nagrek" dalam bahasa Indonesia kalimat tersebut sepadan dengan "bemper mobilnya rusak karena kunduran truk saat macet di jalan Nagrek". Kunduran truk mempunyai makna berupa akibat yang ditimbulkan saat truk bergerak mundur hingga menabrak sesuatu di belakangnya.
Term "ada" ada di mana-mana. Itu pertanda bahwa kata "ada" dan maknanya digunakan oleh banyak orang di dunia. Pertanyannya, apa yang dimaksud dengan "ada"? Ini tidak lain berupa makna yang terkandung di dalam term tersebut. Makna "ada" tidak bisa dilepaskan dari orang-orang yang menggunakannya. Orang-orang itulah yang sebenarnya mengerti makna kata "ada" sehingga menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Bisakah kita melepaskan term "ada" dalam keseharian?
Orang menggunakan term "ada" sesaat setelah berhasil menemukan sesuatu. Antara sesuatu dengan "ada" saling berkaitan erat. Penemuan secara sederhana yang dilakukan seseorang dilakukan dengan menggunakan alat inderanya. Dengan alat inderanya dan mungkin dibantu dengan kedua kaki dan tangannya, sesuatu yang tersembunyi menjadi tersingkap. Sebenarnya, adanya sesuatu tidak tergantung pada aktivitas penemuan. Sebab, dengan aktivitas penemuan tidak akan menjadikan yang tidak ada menjadi ada. Yang tidak ada menjadi ada dilakukan dengan aktivitas penciptaan bukan menemukan. Sehingga, dari sini dapat disimpulkan bahwa adanya sesuatu tidak bergantung pada alat indera kita. Alat indera berfungsi untuk menemukan. Sehingga sesuatu tersebut menjadi ada olehnya. Namun bukan berarti sesuatu tersebut menjadi ada. Yang tepat, dengan menemukan sesuatu berarti dia berhasil membuat pengakuan bahwa sesuatu itu ada. Jadi, ada menurut seseorang sama artinya dengan pengakuanya akan sesuatu.
Pengakuan tersebut berupa sesuatu tersebut terikat pada sekat-sekat ruang dan waktu. Selain itu, keterhubungan antara sesuatu dengan alat indera kita tidak ada hambatan. Sehingga sesuatu dengan alat indera kita terhubung. Sekat-sekat ruang dan waktu bekerja pada sesuatu sehingga kita dapat menjangkaunya. Namun, tidak semua sesuatu tersebut bisa kita jangkau. Yang bisa kita jangkau hanyalah sesuatu yang terikat pada sekat ruang dan waktu yang bisa kita jangkau. Artinya, antara ruang dan waktu kita dengan ruang dan waktu sesuatu dapat terhubung sehingga alat indera kita dapat menemukannya. Masa depan, sekarang dan masa lalu adalah arah panah waktu. Arah panah tersebut bergerak dari masa lalu ke masa sekarang dan masa depan. Dengan keterbatasan kita, yang bisa kita jangkau hanyalah masa sekarang. Sedangkan ruang yang bisa kita jangkau ialah ruang yang alat indera kita dapat menjangkaunya. Dengan demikian, ada menurut kita ialah sesuatu yang terikat pada masa sekarang yang menempati ruang yang dapat kita jangkau. Implikasi dari ini, dapat berupa pernyataan bahwa sesuatu pernah ada dan sekarang tidak ada.
Sekat waktu dan ruang bekerja pada sesuatu sehingga dapat kita jangkau. Sesuatu yang bisa kita jangkau ialah sesuatu yang terikat pada masa sekarang dan berada pada ruang yang dapat kita jangkau. Ini terkait dengan keterbatasan alat indera kita untuk menjangkau masa selain masa sekarang dan ruang yang dapat kita jangkau. Namun bukan berarti sesuatu tersebut tidak ada karena alat indera kita tidak bisa menjangkau sekat ruang dan waktu tersebut.
Mungkinkah kita bisa menjangkau sesuatu yang lain selain yang bisa kita jangkau dengan alat indera kita?. Yang harus kita ingat, adanya sesuatu tidak bergantung pada bagaimana alat indera kita menjangkaunya. Sebab, adanya sesuatu tersebut bergantung pada penciptaan bukan aktivitas penemuan. Sehingga, adanya sesuatu tersebut tidak semata-mata hanya dibuktikan keberadaannya dengan alat indera kita. Penjangkauan tersebut bisa dilakukan oleh orang lain. Orang lain yang juga mempunyai keterbatasan alat indera seperti kita bisa saja menjangkau sesuatu yang tidak bisa kita jangkau. Sebab, jangkauan kita dan orang lain bisa saja tidak sama. Kita dan orang lain mempunyai jangkauan alat indera yang berbeda-beda. Mungkin kita tidak bisa menjangkau masa perang 1945, namun kakek dan nenek kita mampu menjangkaunnya.
Dari sini, meskipun alat indera kita mempunyai keterbatasan, kita tetap bisa mengetahui akan adanya sesuatu yang dengan alat indera kita tidak bisa menjangkaunya. Hal ini biasa disebut dengan penuturan. Adanya penuturan oleh orang lain memungkinkan kita menjangkau sesuatu yang tidak bisa kita jangkau dengan alat indera kita. Namun bukan berarti hal ini luput dari permasalahan. Pada artikel Permasalahan dalam Berpikir permasalahan dalam berpikir terletak pada bagaimana kebenaran hasil berpikir kita. Hal ini dapat pula diterapkan pada penuturan yang dengannya kita berpikir tentang apa yang ada pada penuturan itu.
Selain penuturan, kita juga bisa menggunakan jalan lain berupa indikasi. Indikasi bisa saja kita terima sebagai jalan menjangkau sesuatu yang tidak terjangkau oleh alat indera kita. Asalkan indikasi tersebut dapat dipastikan kebenarannya. Kita tidak pernah bertemu dengan orang tua teman kita. Karena teman kita berasal dari tempat yang tidak pernah kita jangkau sebelumnya. Akan tetapi kita bisa memastikan bahwa teman kita pasti mempunyai orang tua. Karena teman kita masuk dalam objek indikasi bahwa setiap anak pasti pernah mempunyai orang tua. Tidak ada seorang anak terlahir di dunia tanpa adanya orang tuanya.
Sesuatu yang ada yang sedang kita bahas ini ialah sesuatu yang memungkinkan alat indera kita dapat menjangkaunya. Biasanya untuk hal ini disebut dengan fakta. Jadi, fakta menjadi bagian dari sesuatu yang ada. Namun, ada tidak harus berupa fakta. Sebab, terdapat sesuatu yang dikatakan ada dan bukan fakta.
Keberadaan Tuhan, tidak terikat dengan ruang dan waktu. Sebab keterikatan sesuatu pada ruang dan waktu membatasi orang-orang yang tidak bisa menjangkaunya. Sesuatu yang terikat pada ruang dan waktu hanya dapat dibuktikan keberadaannya oleh orang yang dapat menjangkaunya. Sehingga tidak semua orang bisa membuktikan keberadaan sesuatu tersebut. Sedangkan Tuhan, keberadannya harus dibuktikan oleh semua orang yang mana setiap dari mereka mempunyai jangkauan ruang dan waktu yang berbeda-beda. Tuhan yang tidak terikat pada ruang dan waktu bukan berarti tidak ada. Tepatnya, Tuhan bukanlah fakta yang dapat dijangkau dengan alat indera manusia. Sebagaimana diuraikan di awal, dalam penelusuran makna "ada" pada tulisan ini diawali dari apa yang orang-orang sebut dengan "ada". Tuhan termasuk bagian dari apa yang orang-orang sebut dengan "ada". Tuhan itu ada. Dengan demikian, ada tidak harus dapat dijangkau dengan penemuan alat indera kita. Dengan jalan lain, keberadan Tuhan dapat kita buktikan.
Tommy Aji Nugroho
Bandung, 16 November 2012 pukul 01:15 WIB
Term "ada" ada di mana-mana. Itu pertanda bahwa kata "ada" dan maknanya digunakan oleh banyak orang di dunia. Pertanyannya, apa yang dimaksud dengan "ada"? Ini tidak lain berupa makna yang terkandung di dalam term tersebut. Makna "ada" tidak bisa dilepaskan dari orang-orang yang menggunakannya. Orang-orang itulah yang sebenarnya mengerti makna kata "ada" sehingga menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Bisakah kita melepaskan term "ada" dalam keseharian?
Orang menggunakan term "ada" sesaat setelah berhasil menemukan sesuatu. Antara sesuatu dengan "ada" saling berkaitan erat. Penemuan secara sederhana yang dilakukan seseorang dilakukan dengan menggunakan alat inderanya. Dengan alat inderanya dan mungkin dibantu dengan kedua kaki dan tangannya, sesuatu yang tersembunyi menjadi tersingkap. Sebenarnya, adanya sesuatu tidak tergantung pada aktivitas penemuan. Sebab, dengan aktivitas penemuan tidak akan menjadikan yang tidak ada menjadi ada. Yang tidak ada menjadi ada dilakukan dengan aktivitas penciptaan bukan menemukan. Sehingga, dari sini dapat disimpulkan bahwa adanya sesuatu tidak bergantung pada alat indera kita. Alat indera berfungsi untuk menemukan. Sehingga sesuatu tersebut menjadi ada olehnya. Namun bukan berarti sesuatu tersebut menjadi ada. Yang tepat, dengan menemukan sesuatu berarti dia berhasil membuat pengakuan bahwa sesuatu itu ada. Jadi, ada menurut seseorang sama artinya dengan pengakuanya akan sesuatu.
Pengakuan tersebut berupa sesuatu tersebut terikat pada sekat-sekat ruang dan waktu. Selain itu, keterhubungan antara sesuatu dengan alat indera kita tidak ada hambatan. Sehingga sesuatu dengan alat indera kita terhubung. Sekat-sekat ruang dan waktu bekerja pada sesuatu sehingga kita dapat menjangkaunya. Namun, tidak semua sesuatu tersebut bisa kita jangkau. Yang bisa kita jangkau hanyalah sesuatu yang terikat pada sekat ruang dan waktu yang bisa kita jangkau. Artinya, antara ruang dan waktu kita dengan ruang dan waktu sesuatu dapat terhubung sehingga alat indera kita dapat menemukannya. Masa depan, sekarang dan masa lalu adalah arah panah waktu. Arah panah tersebut bergerak dari masa lalu ke masa sekarang dan masa depan. Dengan keterbatasan kita, yang bisa kita jangkau hanyalah masa sekarang. Sedangkan ruang yang bisa kita jangkau ialah ruang yang alat indera kita dapat menjangkaunya. Dengan demikian, ada menurut kita ialah sesuatu yang terikat pada masa sekarang yang menempati ruang yang dapat kita jangkau. Implikasi dari ini, dapat berupa pernyataan bahwa sesuatu pernah ada dan sekarang tidak ada.
Sekat waktu dan ruang bekerja pada sesuatu sehingga dapat kita jangkau. Sesuatu yang bisa kita jangkau ialah sesuatu yang terikat pada masa sekarang dan berada pada ruang yang dapat kita jangkau. Ini terkait dengan keterbatasan alat indera kita untuk menjangkau masa selain masa sekarang dan ruang yang dapat kita jangkau. Namun bukan berarti sesuatu tersebut tidak ada karena alat indera kita tidak bisa menjangkau sekat ruang dan waktu tersebut.
Mungkinkah kita bisa menjangkau sesuatu yang lain selain yang bisa kita jangkau dengan alat indera kita?. Yang harus kita ingat, adanya sesuatu tidak bergantung pada bagaimana alat indera kita menjangkaunya. Sebab, adanya sesuatu tersebut bergantung pada penciptaan bukan aktivitas penemuan. Sehingga, adanya sesuatu tersebut tidak semata-mata hanya dibuktikan keberadaannya dengan alat indera kita. Penjangkauan tersebut bisa dilakukan oleh orang lain. Orang lain yang juga mempunyai keterbatasan alat indera seperti kita bisa saja menjangkau sesuatu yang tidak bisa kita jangkau. Sebab, jangkauan kita dan orang lain bisa saja tidak sama. Kita dan orang lain mempunyai jangkauan alat indera yang berbeda-beda. Mungkin kita tidak bisa menjangkau masa perang 1945, namun kakek dan nenek kita mampu menjangkaunnya.
Dari sini, meskipun alat indera kita mempunyai keterbatasan, kita tetap bisa mengetahui akan adanya sesuatu yang dengan alat indera kita tidak bisa menjangkaunya. Hal ini biasa disebut dengan penuturan. Adanya penuturan oleh orang lain memungkinkan kita menjangkau sesuatu yang tidak bisa kita jangkau dengan alat indera kita. Namun bukan berarti hal ini luput dari permasalahan. Pada artikel Permasalahan dalam Berpikir permasalahan dalam berpikir terletak pada bagaimana kebenaran hasil berpikir kita. Hal ini dapat pula diterapkan pada penuturan yang dengannya kita berpikir tentang apa yang ada pada penuturan itu.
Selain penuturan, kita juga bisa menggunakan jalan lain berupa indikasi. Indikasi bisa saja kita terima sebagai jalan menjangkau sesuatu yang tidak terjangkau oleh alat indera kita. Asalkan indikasi tersebut dapat dipastikan kebenarannya. Kita tidak pernah bertemu dengan orang tua teman kita. Karena teman kita berasal dari tempat yang tidak pernah kita jangkau sebelumnya. Akan tetapi kita bisa memastikan bahwa teman kita pasti mempunyai orang tua. Karena teman kita masuk dalam objek indikasi bahwa setiap anak pasti pernah mempunyai orang tua. Tidak ada seorang anak terlahir di dunia tanpa adanya orang tuanya.
Sesuatu yang ada yang sedang kita bahas ini ialah sesuatu yang memungkinkan alat indera kita dapat menjangkaunya. Biasanya untuk hal ini disebut dengan fakta. Jadi, fakta menjadi bagian dari sesuatu yang ada. Namun, ada tidak harus berupa fakta. Sebab, terdapat sesuatu yang dikatakan ada dan bukan fakta.
Keberadaan Tuhan, tidak terikat dengan ruang dan waktu. Sebab keterikatan sesuatu pada ruang dan waktu membatasi orang-orang yang tidak bisa menjangkaunya. Sesuatu yang terikat pada ruang dan waktu hanya dapat dibuktikan keberadaannya oleh orang yang dapat menjangkaunya. Sehingga tidak semua orang bisa membuktikan keberadaan sesuatu tersebut. Sedangkan Tuhan, keberadannya harus dibuktikan oleh semua orang yang mana setiap dari mereka mempunyai jangkauan ruang dan waktu yang berbeda-beda. Tuhan yang tidak terikat pada ruang dan waktu bukan berarti tidak ada. Tepatnya, Tuhan bukanlah fakta yang dapat dijangkau dengan alat indera manusia. Sebagaimana diuraikan di awal, dalam penelusuran makna "ada" pada tulisan ini diawali dari apa yang orang-orang sebut dengan "ada". Tuhan termasuk bagian dari apa yang orang-orang sebut dengan "ada". Tuhan itu ada. Dengan demikian, ada tidak harus dapat dijangkau dengan penemuan alat indera kita. Dengan jalan lain, keberadan Tuhan dapat kita buktikan.
Tommy Aji Nugroho
Bandung, 16 November 2012 pukul 01:15 WIB
No comments:
Post a Comment