Saturday 10 November 2012

Mungkinkah Informasi Sebelumnya Berasal dari Akal Manusia?

"Mungkinkah informasi sebelumnya berasal dari akal manusia?"

Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita telusuri terlebih dahulu seperti apa itu informasi sebelumnya dan akal manusia. Pertama, informasi sebelumnya merupakan salah satu komponen yang berlangsung dalam proses berpikir. Informasi sebelumnya tidak inheren di dalam fakta. Sebab, fakta bukanlah sumber informasi sebelumnya. Fakta merupakan objek penimpaan informasi sebelumnya. Orang Inggris akan menyebut "blue" dan orang Indonesia akan menyebut "biru" untuk satu fakta yang sama berupa fakta yang berwarna yang orang Inggris menyebutnya "blue" dan orang Indonesia menyebutnya "biru". "Blue" dan "biru" adalah dua informasi sebelumnya yang berbeda namun keduanya berkorespondensi dengan satu fakta yang sama. Maka dapat dipastikan bahwa informasi sebelumnya tidak inheren di dalam fakta. 

Informasi sebelumnya berasal dari luar fakta. Wahyu merupakan informasi sebelumnya yang berasal dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang berarti juga dari luar fakta. "Blue" dan "biru" juga bukan dari fakta melainkan dari Orang Inggris dan Indonesia.

Kedua, akal merupakan khasiat atas otak manusia. Khasiat tajam inheren di dalam pisau sehingga dapat digunakan untuk membelah benda-benda yang memungkinkan. Khasiat tajam pada pisau memungkinkannya mempunyai fungsi membelah benda-benda yang memungkinkan. Khasiat akal pada otak memungkinkan manusia berpikir atas apa-apa yang memungkinkan. Hasil berfungsinya khasiat pisau adalah terbelahnya benda-benda, sedangkan hasil berfungsinya khasiat otak adalah pemikiran. Sehingga tersampaikannya pemikiran dari seseorang menandakan bahwa dia telah berpikir. Manusia mewujudkan pemikiran dalam bentuk bahasa, tanda, simbol, dan sebagainya. Sehingga pemikiran tidak lagi abstrak sebagaimana pemikiran tersimpan di dalam benak manusia.

Pertanyaannya ketika orang Inggris berhasil menyebut "blue" atas suatu fakta yang berwarna, itu pemikiran atau informasi sebelumnya? Ini hanyalah persoalan relativistik. Bagi orang Indonesia yang biasa menyebut "biru" untuk suatu fakta yang berwarna dan tidak menyebut dengan sebutan lainnya, ketika mendengar orang Inggris menyebut "blue"  akan menjadi informasi sebelumnya bagi orang Indonesia tersebut. Akan tetapi, bagi orang Inggris yang sudah terbiasa menyebutnya dengan "blue" itu adalah pemikiran yang diadopsinya. Akal orang Inggris tadi mampu menghasilkan pemikiran sehingga menyebutnya dengan "blue" yang bagi orang Indonesia tadi "blue" adalah informasi sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa akal manusia memungkinkan sebagai sumber informasi sebelumnya. Namun, dengan catatan informasi sebelumnya tadi tidak digunakan untuk dirinya sendiri dalam berpikir, akan tetapi boleh digunakan orang lain dalam berpikir. Sebab, bagaimanapun juga orang Inggris tadi menerima informasi sebelumnya berupa "blue" dari orang Inggris yang lainnya juga. Tanpa informasi sebelumnya dari orang Inggris lainnya, ia tidak dapat berpikir. Kesimpulannya, akal manusia tidak bisa menghasilkan informasi sebelumnya untuk dirinya sendiri akan tetapi bisa untuk orang lain.





No comments:

Post a Comment